Wednesday, October 31, 2012

Allah Tidak Dapat Dilihat


Disampaikan oleh: Dr Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Dr Mohammad Nabil Almunawar
Pembaca Zanjabil rahimakumullah, Pertama kami mohon maaf, sudah agak lama tidak memposting tafsir  Zanjabil. Mari kita lanjutkan membahas tafsir surat al-A’raaf mulai ayat 142 sampai ayat 145. 

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan." [QS 7:142]

Allah menjanjikan kepada Nabi Musa AS untuk menurunkan wahyuNya (Kitab Taurat) sebagai pedoman hidup manusia, khususnya Bani Israil. Sebelum menerima yang dijanjikan itu, Nabi Musa AS diperintahkan Allah SWT untuk bermunajat selama 30 hari (selama 30 hari ini Nabi Musa AS juga berpuasa). Setelah lengkap 30 hari intensif beribadat, Allah SWT menambahkan 10 hari lagi untuk menyempurnakan munajat tersebut. Para ulama berpendapat bahwa 30 hari itu adalah selama bulan Zulkaedah dan 10 hari itu adalah 10 hari pertama bulan Zulhijjah (Allah SWT bersumpah dengan 10 hari itu di surat al-Fajr ayat 2). Dalam menjalankan munajat itu Nabi Musa AS tidak berinteraksi dengan Bani Israil yang dipimpinnya, sehingga menitipkan mereka kepada saudaranya, Nabi Harun AS. Nabi Musa AS merasa tenang menitipkan kaumnya kepada saudaranya yang juga seorang rasul sambil mengingatkan Nabi Harun untuk memelihara/memperbaiki ummatnya dan tidak mengikuti jalan yang sesat. Setelah 40 hari berlalu, kini tibalah waktu yang dijanjikan itu tiba.

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".[QS 7:142]

Pada saat yang telah ditentukan Allah SWT, Nabi Musa AS menyiapkan diri untuk menerima yang dijanjikan dan Allah SWT berfirman langsung kepada Nabi Musa (tanpa perantara Malaikat Jibril). Disinilah letak kehebatan Nabi Musa AS, seorang rasul yang Allah SWT langsung berbicara kepadanya (kalimullah). Setelah Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa AS, timbul keinginan Nabi Musa AS untuk melihat Allah SWT agar lebih mantap lagi keyakinannya. Niatnya diutarakannya kepada Allah SWT. Allah SWT menanggapi keinginan Nabi Musa AS itu dengan mengatakan bahwa Nabi Musa AS (dan semua mahluk) tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk melihat Allah. Allah memerintahkan Nabi Musa AS untuk melihat ke suatu bukit, jika bukit itu tetap, maka dia dapat melihat Allah.

Tetapi apa yang terjadi? Ketika Nabi Musa AS melihat bukit itu, tiba-tiba bukit itu hancur luluh dan dia seketika pingsan! Mahluk tidak memiliki kekuatan dan kesanggupan berhadapan dengan Allah SWT. Ketika Nabi Musa AS sadar dari pingsannya, segera dia memuji Allah SWT dan bertobat atas kesalahannya. Mengapa Nabi Musa bertobat? Karena dia menyadari dia sudah meminta sesuatu yang tidak pantas dan tidak mungkin. Allah itu Ghaib dan tidak terbatas. Mata manusia hanya dapat melihat yang bersifat materi dan terbatas. Perhatikan firman Allah QS 6:103 berikut: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. [QS 6:103]

Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [QS 7:144]

Setelah peristiwa yang sangat dahsyat itu terjadi dan Nabi Musa AS kemudian sadar dan bertobat kepada Allah SWT, beliau dikukuhkan Allah sebagai seorang rasulNya dan diangkat ke derajat yang sangat tinggi, yakni dilebihkan dari manusia yang lain.

Kedudukan Nabi Musa di sisi Allah memang sangat tinggi, dia termasuk kepada rasul-rasul Allah yang digelari Ulul Azmi (memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Allah). Ada lima orang rasul Ulul Azmi, yaitu Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa As dan Nabi Muhammad SAW. Dari lima orang nabi Ulul Azmi ini, tiga orang nabi mendapat gelaran lebih khusus lagi, yaitu Nabi Muhammad SAW dengan gelaran Habibullah, Nabi Ibrahim AS dengan gelaran Khalilullah dan Nabi Musa dengan gelaran Kalimullah.

Nabi Musa AS diperintahkan untuk berpegang teguh dengan kebenaran yang telah diterimanya langsung dari Allah dan bersyukur dengan semua karunia yang telah dilimpahkanNya.
Dalam menjalankan risalahNya, Nabi Musa AS dibekali dengan kitab (Taurat) dan suhuf (lembaran suci yang berisi bimbingan Allah). Ada 4 orang rasul yang dibekali kitab, yaitu Nabi Musa AS (Taurat), Nabi Daud AS (Zabur), Nabi Isa AS (Injil) dan Nabi Muhammad SAW (al-Qur'an). Sedangkan suhuf yang diturunkan sebanyak 100 lembar, 60 lembar diberikan kepada Nabi Syist AS, 30 lembar kepada Nabi Ibrahim AS, dan 10 lembar kepada Nabi Musa AS.

Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. [QS 7:145]

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Nabi Musa AS menerima Kitab Taurat langsung dari Allah SWT dalam bentuk kitab yang telah tertulis. Seperti al-Qur'an, Taurat merupakan kitab petunjuk, membimbing manusia ke jalan yang lurus, memuat pelajaran dan penjelasan atas segala sesuatu. Dalam hal ini Taurat mirip dengan al-Qur'an yang memuat segala sesuatu (dalam bentuk petunjuk).

Setelah Nabi Musa AS menerima Taurat, Allah berfirman kepadanya agar dia berpegang teguh dengan kitab Taurat itu lalu mengajarkan isinya kepada kaumnya dan hendaklah mereka melaksanakan perintah-perintah Allah yang termaktub di dalamnya agar mereka selamat. Kemudian Allah akan memperlihatkan kepada Nabi Musa AS negeri orang-orang fasik, yakni negri-negri yang dibinasakan Allah SWT akibat perbuatan fasik yang dilakukan penduduknya (selalu berbuat kerusakan dan menentang perintah Allah SWT) sebagai bahan pelajaran agar Bani Israil tidak melakukan kesalahan yang sama.

Wallahu ‘alam bish shawab.

No comments:

Post a Comment