Ditulis oleh: Dr Mohammad Nabil Almunawar
Pembaca
Zanjabil rahimakumullah, Pertama kami mohon maaf, sudah agak lama tidak memposting tafsir Zanjabil. Mari kita lanjutkan membahas tafsir surat
al-A’raaf mulai ayat 142 sampai ayat 145.
Aku
berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
Dan
telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu
waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan
sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan
Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu
Harun: Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan
janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan."
[QS 7:142]
Allah
menjanjikan kepada Nabi Musa AS untuk menurunkan wahyuNya (Kitab
Taurat) sebagai pedoman hidup manusia, khususnya Bani Israil.
Sebelum menerima yang dijanjikan itu, Nabi Musa AS diperintahkan
Allah SWT untuk bermunajat selama 30 hari (selama 30 hari ini Nabi
Musa AS juga berpuasa). Setelah lengkap 30 hari intensif beribadat,
Allah SWT menambahkan 10 hari lagi untuk menyempurnakan munajat
tersebut. Para ulama berpendapat bahwa 30 hari itu adalah selama
bulan Zulkaedah dan 10 hari itu adalah 10 hari pertama bulan
Zulhijjah (Allah SWT bersumpah dengan 10 hari itu di surat al-Fajr
ayat 2). Dalam menjalankan munajat itu Nabi Musa AS tidak
berinteraksi dengan Bani Israil yang dipimpinnya, sehingga menitipkan
mereka kepada saudaranya, Nabi Harun AS. Nabi Musa AS merasa tenang
menitipkan kaumnya kepada saudaranya yang juga seorang rasul sambil
mengingatkan Nabi Harun untuk memelihara/memperbaiki ummatnya dan
tidak mengikuti jalan yang sesat. Setelah 40 hari berlalu, kini
tibalah waktu yang dijanjikan itu tiba.
Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau)
kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman:
"Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke
bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan
diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa
pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata:
"Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman".[QS
7:142]
Pada
saat yang telah ditentukan Allah SWT, Nabi Musa AS menyiapkan diri
untuk menerima yang dijanjikan dan Allah SWT berfirman langsung
kepada Nabi Musa (tanpa perantara Malaikat Jibril). Disinilah letak
kehebatan Nabi Musa AS, seorang rasul yang Allah SWT langsung
berbicara kepadanya (kalimullah). Setelah Allah SWT berfirman
kepada Nabi Musa AS, timbul keinginan Nabi Musa AS untuk melihat
Allah SWT agar lebih mantap lagi keyakinannya. Niatnya diutarakannya
kepada Allah SWT. Allah SWT menanggapi keinginan Nabi Musa AS itu
dengan mengatakan bahwa Nabi Musa AS (dan semua mahluk) tidak akan
pernah memiliki kemampuan untuk melihat Allah. Allah memerintahkan
Nabi Musa AS untuk melihat ke suatu bukit, jika bukit itu tetap, maka
dia dapat melihat Allah.
Tetapi
apa yang terjadi? Ketika Nabi Musa AS melihat bukit itu, tiba-tiba
bukit itu hancur luluh dan dia seketika pingsan! Mahluk tidak
memiliki kekuatan dan kesanggupan berhadapan dengan Allah SWT.
Ketika Nabi Musa AS sadar dari pingsannya, segera dia memuji Allah
SWT dan bertobat atas kesalahannya. Mengapa Nabi Musa bertobat?
Karena dia menyadari dia sudah meminta sesuatu yang tidak pantas dan
tidak mungkin. Allah itu Ghaib dan tidak terbatas. Mata manusia hanya
dapat melihat yang bersifat materi dan terbatas. Perhatikan firman
Allah QS 6:103 berikut: Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan
Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. [QS
6:103]
Allah
berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu
dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk
berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang
yang bersyukur". [QS 7:144]
Setelah
peristiwa yang sangat dahsyat itu terjadi dan Nabi Musa AS kemudian
sadar dan bertobat kepada Allah SWT, beliau dikukuhkan Allah sebagai
seorang rasulNya dan diangkat ke derajat yang sangat tinggi, yakni
dilebihkan dari manusia yang lain.
Kedudukan
Nabi Musa di sisi Allah memang sangat tinggi, dia termasuk kepada
rasul-rasul Allah yang digelari Ulul Azmi (memiliki kedudukan yang
istimewa di sisi Allah). Ada lima orang rasul Ulul Azmi, yaitu Nabi
Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa As dan Nabi Muhammad
SAW. Dari lima orang nabi Ulul Azmi ini, tiga orang nabi mendapat
gelaran lebih khusus lagi, yaitu Nabi Muhammad SAW dengan gelaran
Habibullah, Nabi Ibrahim AS dengan gelaran Khalilullah dan Nabi Musa
dengan gelaran Kalimullah.
Nabi
Musa AS diperintahkan untuk berpegang teguh dengan kebenaran yang
telah diterimanya langsung dari Allah dan bersyukur dengan semua
karunia yang telah dilimpahkanNya.
Dalam
menjalankan risalahNya, Nabi Musa AS dibekali dengan kitab (Taurat)
dan suhuf (lembaran suci yang berisi bimbingan Allah). Ada 4 orang
rasul yang dibekali kitab, yaitu Nabi Musa AS (Taurat), Nabi Daud AS
(Zabur), Nabi Isa AS (Injil) dan Nabi Muhammad SAW (al-Qur'an).
Sedangkan suhuf yang diturunkan sebanyak 100 lembar, 60 lembar
diberikan kepada Nabi Syist AS, 30 lembar kepada Nabi Ibrahim AS, dan
10 lembar kepada Nabi Musa AS.
Dan
telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu
sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami
berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah
kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya,
nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.
[QS 7:145]
Sebagaimana
disebutkan sebelumnya, Nabi Musa AS menerima Kitab Taurat langsung
dari Allah SWT dalam bentuk kitab yang telah tertulis. Seperti
al-Qur'an, Taurat merupakan kitab petunjuk, membimbing manusia ke
jalan yang lurus, memuat pelajaran dan penjelasan atas segala
sesuatu. Dalam hal ini Taurat mirip dengan al-Qur'an yang memuat
segala sesuatu (dalam bentuk petunjuk).
Setelah
Nabi Musa AS menerima Taurat, Allah berfirman kepadanya agar dia
berpegang teguh dengan kitab Taurat itu lalu mengajarkan isinya
kepada kaumnya dan hendaklah mereka melaksanakan perintah-perintah
Allah yang termaktub di dalamnya agar mereka selamat. Kemudian Allah
akan memperlihatkan kepada Nabi Musa AS negeri orang-orang fasik,
yakni negri-negri yang dibinasakan Allah SWT akibat perbuatan fasik
yang dilakukan penduduknya (selalu berbuat kerusakan dan menentang
perintah Allah SWT) sebagai bahan pelajaran agar Bani Israil tidak
melakukan kesalahan yang sama.
Wallahu
‘alam bish shawab.
No comments:
Post a Comment