Monday, January 23, 2012

KEBERKAHAN DARI LANGIT DAN BUMI

Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar


Pembaca Zanjabil rahimakumullah, mari kita lanjutkan membahas tafsir surat al-A’raaf ayat 94 sampai ayat 102 tentang beberapa sunatullah yang berlaku untuk suatu masyarakat. Mari kita simak tafsir ayat-ayat tersebut.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Kami tidaklah mengutus seseorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.[QS 7:94] Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.[QS 7:95]

Ayat 94 and 95 adalah sunnatullah yang berkaitan dengan sikap suatu ummat terhadap nabi yang diutus kepada mereka. Jika ummat tersebut mendustakan nabi mereka maka Allah SWT akan mendatangkan penderitaan baik rohani (kesempitan, kesedihan, kegelisahan) maupun jasmani (bencana alam, musim kering yang panjang dll). Penderitaan itu didatangkan agar ummat tersebut sadar bahwa mereka memerlukan Allah dan hanya kepadaNyalah mereka seharusnya menyembah. Sudah seyogyanya mereka mengikuti tuntunan nabi yang diutus kepada mereka untuk mendapatkan tuntunan ke jalan yang lurus. Penderitaan adalah cobaan sebagai upaya untuk menyadarkan dan kembali kepada Allah SWT.

Kelapangan dan kesenangan juga merupakan suatu cobaan agar manusia bersyukur kepadaNya atas segala karunia yang diberikanNya. Namun, jika cobaan penderitaan dan kesenangan tidak digubris bahkan mencari alasan yang lain untuk menghindariNya, maka tunggulah murka Allah SWT. Ketika murka itu datang, maka kesenangan yang selama ini dinikmati tiba-tiba lenyap dan berganti dengan siksaan yang menyakitkan, yang datang tanpa permisi. Ummat-ummat terdahulu, seperti kaum Ad, kaum Tsamud, penduduk Sodom dan Ashabul Aikah mendapatkan siksa yang datang sekonyong-konyong, menyapu bersih seluruh harta dan nyawa mereka tanpa ampun. Nauzubillah min dzalik!
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.[QS 7:96]

Ayat 96 mengungkapkan sunnatullah yang berkaitan dengan ayat sebelumnya dan ayat ini bersifat umum dan dapat berlaku dalam konteks kini. Untuk mendapatkan keberkahan (termasuk kemakmuran, kejayaan dan kesuksesan) ada dua syarat yang disebut ayat 96, yaitu iman dan takwa. Jika penduduk suatu negeri atau suatu masyarakat beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, maka keberkahan dari langit dan bumi akan datang berlimpah kepada negeri atau masyarakat itu. Berkah dari langit dapat berupa rizki dan ilham yang menuntun kepada ilmu yang bermanfaat dalam mengelola sumber daya yang ada di bumi untuk kemakmuran. Sedangkan berkah dari bumi adalah kesuburan atau kandungan isi bumi berbagai macam rupa (termasuk barang-barang tambang) yang bernilai.

Sebaliknya jika penduduk suatu negeri sebagian besar atau semuanya membangkang, mendustakan ayat-ayat Allah SWT, melecehkan atau bahkan menganiaya utusanNya, maka Allah SWT akan mendatangkan siksa yang setimpal. Perlu ditekankan disini bahwa Allah Maha Adil, siksa itu datang karena perbuatan yang melampaui batas dari pelakunya. Ummat-ummat yang dikisahkan pada ayat-ayat sebelumnya disiksa karena kedurhakaan, kedustaan dan kezaliman yang mereka lakukan telah melampaui batas.

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? [QS 7:97] Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?[QS 7:98] Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.[QS 7:99]

Ayat 97-99 berkaitan erat , menjelaskan 2 situasi kemungkinan datangnya siksa Allah, yakni pada saat lalai. Allah Maha berkuasa, Dia dapat menimpakan siksanya kepada suatu masyarakat (yang kafir, zalim dan berbuat melampaui batas) pada kondisi apapun. Allah dapat mendatangkan siksanya pada saat mereka sedang tidur nyenyak di waktu malam. Artinya seharusnya mereka berfikir bahwa pada malam hari, saat mereka tidur nyenyak, sesungguhnya mereka dalam kondisi yang tidak aman. Allah SWT juga dapat mendatangkan siksanya di pagi hari, pada saat waktu bermain-main, bersenda gurau, yakni pada saat lengah. Selanjutnya siksa Allah SWT itu dapat datang sekonyong-konyong, pada saat mereka tidak siap menghadapinya sehingga terjadi kepanikan dan ketakutan yang luarbiasa.

Ketiga ayat ini disampaikan dengan nada tanya yang mengajak berfikir bahwa manusia itu sesungguhnya tidak memiliki daya upaya dan sangat lemah. Ketergantungan manusia kepada Allah SWT bersifat mutlak, tetapi kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Kalaulah manusia itu berfikir dengan baik maka sesungguhnya tidak ada yang dapat aman dari azab Allah SWT. Manusia yang beriman menyadari sepenuhnya ketergantungan pada Allah SWT dan memohon perlindunganNya dan manusia yang lengah dan tidak berlindung pada Allah adalah manusia yang merugi. Ketiga ayat ini mengingatkan kita agar selalu mengingat Allah SWT dan meminta perlindunganNya. Tiada yang dapat selamat dari siksa Allah SWT kecuali mereka yang dilindungiNya.

Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?[QS 7:100] Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang kafir.[QS 7:101]

Ayat ini berkaitan dengan kisah-kisah kaum yang mendapatkan siksa Allah SWT yang diceritakan pada ayat-ayat sebelumnya. Beberapa dari kaum itu mempusakai negeri yang sebelumnya telah mendapatkan siksa Allah SWT, sehingga seluruh generasinya punah. Mereka yang mempusakai negeri yang penduduk sebelumnya telah dilenyapkan seharusnya menyadari bahwa kalau mereka bertindak sama dengan penduduk yang dilenyapkan itu, mereka akan mengalami hal yang sama, disiksa dan dimusnahkan.

Suatu negeri yang penduduknya mendapatkan siksa Allah SWT sesungguhnya telah melalui berbagai proses yang mengajak mereka kembali kepada Allah SWT. Seorang nabi diutus untuk membimbing mereka ke jalan yang benar. Namun, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, mereka mendustakan utusan Allah SWT dan bahkan berusaha untuk melenyapkan utusan Allah SWT itu. Akibat perbuatan mereka ini, hati mereka semakin tertutup dari hidayah sehingga hati mereka mati. Karena dosa mereka sudah terlampau besar dan kebekuan hati mereka membuat peluang penyelamatan tertutup, maka mereka disiksa dengan siksaan yang sangat berat yang menamatkan riwayat mereka pada waktu yang tidak mereka duga.

Dari kisah-kisah kehancuran ummat-ummat terdahulu itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah sesungguhnya Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia telah memberikan peluang yang sangat luas kepada hamba-hambaNya yang membangkang dan mendustakanNya melalui berbagai macam jalan, mulai dari kesempitan hidup, kesenangan hidup dan mendatangkan utusan dengan bukti nyata untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Tetapi hamba-hambaNya yang kufur tidak mampu memanfaatkan peluang itu, bahkan menjadi semakin kufur. Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah maka Allah menyiksa dan menamatkan riwayat mereka dan kemudian menggantikannya dengan generasi lain.

Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.[QS 7:102]

Orang yang menyimpang dari jalan yang benar, jalan ketaatan, jalan yang lurus adalah orang yang fasik. Orang kafir pasti fasik, tetapi orang yang mengaku beriman dapat juga masuk dalam kategori fasik jika dia dengan sengaja tidak melaksanakan perintah Allah dan melanggar laranganNya tanpa merasa bersalah. Orang-orang fasik ini telah melanggar janji untuk taat kepada Allah, yakni melanggar deklarasi yang dilakukannya sendiri di alam ruh dan melanggar fitrahnya sebagai hamba Allah. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" [QS 7:172]

Wallahu ‘alam bish shawab.
(Bersambung)

No comments:

Post a Comment