Monday, June 27, 2011

Musuh Bebuyutan Ummat Manusia


Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar

Pembaca rahimakumullah, mari kita lanjutkan pembahasan tafsir Surat al-'Araaf ayat 11 sampai ayat 18.


Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. [QS 7:11]

Nabi Adam, Bapak manusia, memiliki kedudukan yang sangat mulia. Manusia diciptakan Allah dan diberikan kelebihan dari segala mahluk yang ada, termasuk malaikat. Rancang bangun tubuh manusia sungguh sangat luar biasa sempurna, sehingga manusia memiliki keluwesan dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh mahluk lain. Ditambah lagi manusia juga dibekali akal-fikiran yang luar biasa canggihnya sebagai bekal untuk memakmurkan dunia, yaitu tugas utama khalifah di bumi. Para malaikat diperintahkan Allah untuk bersujud menghormati Adam. Semua malaikat bersujud, karena malaikat adalah mahluk yang sangat taat kepada Allah, tidak pernah membantah perintah Allah dan selalu melaksanakan perintahNya dalam keadaan apapun [QS 66:6].

Iblis yang selama ini mendapatkan kehormatan dan memiliki kedudukan yang tinggi bersama malaikat juga diperintahkan Allah untuk bersujud bersama dengan para malaikat. Tetapi Iblis menolak untuk bersujud. Iblis bukanlah malaikat, karena Iblis adalah mahluk dari bangsa jin [QS 18:50] yang diciptakan dari api, sedangkan malaikat adalah mahluk yang diciptakan dari cahaya.

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".[QS 7:12]

Karena Iblis menolak perintah Allah untuk sujud menghormati Adam, maka Allah menanyakan alasan Iblis menolak perintah Allah tersebut. Iblis menjawab dengan pernyataan yang mengungkapkan kesombongan. Sesungguhnya Allah tidak mentolerir sikap sombong mahluknya. “Keagungan adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka Aku menyiksanya. (HR. Muslim).

Iblis merasa dirinya lebih mulia dari Adam, karena dia diciptakan dari api dan Adam dari tanah. Iblis tidak memiliki ilmu untuk menyatakan api lebih baik dari tanah, dia hanya menggunakan perasangka yang tak memilki dasar. Allah menyuruh Iblis menghormati Adam dengan ilmuNya yang Maha Luas dan tak berbatas. Tersirat Iblis mempertanyakan perintah Allah, “Mengapa Engkau menyuruhku menghormati mahluk yang lebih rendah dariku?” Sungguh sombong sikap Iblis ini dan dia benar-benar membangkang terang-terangan. Dengan demikian Iblis durhaka kepada Allah dan putus dari rahmat Allah.

Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".[QS 7:13]

Kesombongan Iblis berakibat fatal, Allah murka dan mencopot kedudukan Iblis. Kata ganti “ha” dari “fahbit min ha” pada ayat 13 dapat juga ditafsirkan turun dari kedudukan, yakni kedudukan mulia bersama malaikat. Kata “ha” ditafsirkan juga sebagai sorga, seperti tafsir dari Depag di atas. Kedududukan yang tinggi bersama malaikat yang selama ini Iblis nikmati, memiliki prasyarat kepatuhan total kepada Allah dan samasekali tidak boleh memiliki sifat buruk, apalagi sombong. Sombong adalah sifat mahluk yang hina. Dengan demikian Iblis tidak berhak lagi bersama malaikat, karena dia telah menjadi mahluk yang hina. Allah mencabut “pangkat” iblis dan mencampakkannya sehingga dia menjadi mahluk yang hina.

Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."[QS 7:14-15]

Iblis memang mahluk yang durhaka. Setelah berbuat kesalahan fatal, yang mengakibatkan Allah murka, bukannya dia bertobat, malahan bersikap semakin durhaka, yakni berniat mencelakakan Adam dan keturunannya dengan meminta tangguh sampai hari kiamat. Perhatikanlah wahai pembaca Zanjabil yang mulia, permintaan Iblis yang durhaka itupun diperkenankan Allah. Allah Maha Sempurna dan bertindak sesuai dengan IlmuNya.

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).[QS 7:16-17]

Kini  niat Iblis terungkap dan meminta tangguh kepada Allah seperti yang termaktub di ayat 15 untuk melaksanakan niatnya. Iblis juga sadar bahwa Allah telah mengutuknya. Kini dia benar-benar telah tersesat, siksaan yang pedih sudah menunggu. Iblis putus asa, yang ada di benaknya kini hanya mengajak Adam dan anak cucunya ikut tersesat, sehingga menjadi temannya di neraka. Pada ayat 16 dan 17 Iblis mendeklarasikan permusuhannya kepada manusia di depan Allah.

Iblis dan anak buahnya akan berusaha sekuat tenaga dengan berbagai macam cara dan strategi (muka, belakang, kanan, kiri) untuk menghalangi manusia dari hidayah Allah. Ibnu Abbas mengatakan bahwa dari muka artinya dari arah dunia; dari belakang artinya urusan akhirat; dari kanan artinya dari arah kebaikan-kebaikan; dan dari kiri mereka artinya dari arah kejahatan-kejahatan. Iblis tidak berani menyebutkan dari atas, karena rahmat Allah diturunkan (dari atas).

Iblis dendam sekali kepada manusia. Dia menganggap manusialah yang menjadi biang kerok dia dikutuk Allah dan tersesat. Dia bertekad atau bersumpah untuk memerangi manusia sampai hari kiamat dengan satu misi, yakni menyesatkan manusia dari jalan yang benar sehingga manusia menjadi mahluk yang kufur dan tersesat sebagaimana dirinya.

Iblis berangan-angan bahwa dengan kemampuan yang dimilikinya dan dengan kelemahan manusia yang dia ketahui, maka sebagian besar manusia akan berhasil disesatkannya, sehingga menjadi mahluk yang tidak bersyukur atau kufur kepada Allah. Kini kita menyaksikan bahwa angan-angan Iblis itu sudah tercapai. Sebagian besar manusia memang tidak bersyukur sebagaimana disebutkan di akhir QS 7:10.

Pembaca Zanjabil yang mulia. Mintalah perlindungan Allah agar selamat dari berbagai macam strategi penyesatan Iblis. Tanpa perlindungan Allah sulit bagi kita untuk lolos dari serangan Iblis dan anak buahnya yang dilakukan bertubi-tubi dan berlapis-lapis. Sekali lagi, hanya perlindungan Allah saja yang dapat menyelamatkan kita. Berlindunglah pada Allah, niscaya Allah akan melindungi.

Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya". [QS 7:18]

Ayat 18 mengukuhkan ayat 13 yaitu mencopot Iblis dari kedudukannya, atau mengeluarkannya dari sorga. Kini Iblis benar-benar putus dari rahmat Allah, menjadi mahluk yang hina-dina dan terkutuk. Barangsiapa menjadi pengikut Iblis, berarti dia mengikuti jejak Iblis menuju neraka Jahannam, tempat kembali yang paling buruk.

Wahai pembaca yang mulia, hati-hatilah dengan Iblis, musuh bebuyutanmu yang memerangimu terus-menerus, pantang menyerah. Si Iblis bersama anak buahnya (para setan) terus-menerus berusaha menjerumuskanmu dan menghalangimu dari jalan yang lurus. Jadikanlah musuh sebagai musuh. Waspadalah, anda selalu dalam “sasaran tembak” setan.

Wallahu ‘alam bish shawab.

(Bersambung)

Sunday, June 26, 2011

Waqoh Al-Qur'an di Masjid Mukhlishin

Ustadz Mabib Muroqob memberi taushiyah kepada para jama'ah masjid Baitul Mukhlishin tentang motivasi Menghafal Al-Qur'an

Para Genersafi islami masjid Baitul Mukhlishin yang sedang riang mendengarkan ceramahnya ustadz Mabib Muroqob.



Alangkah indahnya berkmpul dengan masyarakat dan generasi islami masa depan di musholah yang kecil yang penuh dengan semangat untuk menghafal Al-Qur'an
Uji joba tampil di depan para jama'ah masjid Baitul Mukhlishin dengan membaca surat An-naba' dan Surat An-Naziat
Ustadz Naep bersama para santri Masjid Baitul Mukhlisin berkumpul sambil memberi arahan-arahan kepada para santriwan dan santriwati
Serah terimah Waqof Al-Quran dari Para donatur Bahrusy Syifa yang di serahkan oleh Ustadz Mabib Muroqob kepada pengurus Masjid Baitul Mukhlishin Bpk Daar. Semoga Amal para donatur Bahrusy Syifa Dari Brunei Darussalam. Singapura dan Indonesia di terimah ALLOH SWT.

Thursday, June 23, 2011

Tafsir Zanjabil - Azab Datang Akibat dari Kezaliman



TAFSIR ZANJABIL 
Surat al-'Araaf 4-10

AZAB DATANG AKIBAT DARI KEZALIMAN
Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar

Mari kita teruskan membahas tafsir surat al-'Araaf  dari ayat 4 sampai ayat 10. 

Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk) nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari.[QS 7:4]

Jika mayoritas penduduk suatu negeri menentang dan melecehkan petunjuk Allah yang diturunkan kepada rasulNya, maka negeri tersebut akan dibinasakan Allah. Ummat-ummat terdahulu, seperti ummat Nabi Nuh, ummat Nabi Lut dan ummat Nabi Saleh, negeri-negeri mereka, termasuk penghuninya dimusnahkan Allah SWT. Ayat di atas mengindikasikan bahwa azab datang pada saat manusia lengah, pada malam hari di waktu tidur atau di siang hari saat istirahat. Pada saat azab datang manusia akan terbelalak, tidak siap menghadapinya dan kemudian baru menyadari kesalahan yang selama ini mereka lakukan. Sayang kesadaran itu sudah terlambat.

Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim".[QS 7:5]

Siksaan atau azab yang datang tiba-tiba tersebut, “menyapu” negeri yang didiami oleh orang-orang zalim pasti membuat para zalimun tersebut terkesima, tak dapat berbuat apa-apa. Dari mulut mereka hanya keluar suara keluhan saja, yakni mengakui dosa-dosa mereka, bahwa memang mereka adalah orang-orang zalim, yang pantas menerima azab tersebut. Dari ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebab datangnya azab atau bencana adalah akibat perbuatan zalim, khususnya kezaliman yang dilakukan secara berjamaah. Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah suatu kaum dibinasakan kecuali mereka mengakui kesalahan diri mereka sendiri.”

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).[QS 7:6-7]

Setiap ummat yang diberikan petunjuk melalui rasul bertanggungjawab terhadap amanat Allah yang berupa petunjuk itu. Petunjuk itu berupa peringatan dan pengajaran yang sepatutnya ditaati. Ummat-ummat tersebut akan ditanyai tentang sikap mereka terhadap petunjuk yang sampai kepada mereka. Para rasul yang membawa petunjuk itupun akan ditanyai apakah mereka telah menyampaikan seluruh petunjuk yang diamanatkan kepada mereka. Para rasul adalah pemikul amanat Allah yang tak pernah berkhianat, tetapi Allah akan tetap menanyai mereka, karena Allah Maha Adil.

Allah Maha Melihat. Setiap gerak-gerik yang dilakukan manusia diketahui dan diawasi Allah serta direkam. Rekaman perbuatan itu nanti akan ditayangkan sehingga setiap individu tidak dapat mengelak dari tanggungjawab atas perbuatan mereka di Mahkamah Terakhir. Pada prinsipnya, di Mahkamah Allah di Akhirat kelak setiap individu, tanpa kecuali, akan ditanya tentang amal-amal mereka di dunia seperti yang dijelaskan dalam suatu hadist yang terkenal, yaitu: Kalian semua adalah penggembala, dan kalian semua akan dimintai tentang gembalaannya. Imam akan ditanya mengenai orang-orang yang dipimpinnya, seorang lelaki akan ditanya mengenai keluarganya, seorang wanita akan ditanya mengenai rumah suaminya, dan seorang budak akan ditanya mengenai harta tuannya.”

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.[QS 7:8-9]
Timbangan atau neraca digunakan untuk mengukur berat sesuatu. Dalam neraca Allah, kebaikan dan keburukan akan diletakkan pada dua “piringan” lalu ditimbang, piringan mana yang lebih berat. Para ulama zaman dahulu mengungkapkan berbagai pendapat tentang bagaimana amal dapat ditimbang, karena amal tersebut tidak bersifat material. Ada tiga pendapat berkaitan dengan penimbangan amal tersebut.

Pendapat pertama mengatakan bahwa amal itu akan diwujudkan sehingga dapat ditimbang. Dasar pendapat ini adalah riwayat Ibn Abbas dalam suatu hadist sahih dikatakan “Bahwa surat al-Baqarah dan Ali Imran kelak di hari kiamat datang se akan-akan seperti dua awan, atau dua naungan, atau dua kumpulan burung-burung yang terbang berbaris.” Pendapat kedua mengatakan amal itu tercatat bak buku laporan (raport). Nilai-nilai dalam raport itu yang menentukan. Pendapat ini juga didukung oleh suatu hadist, yaitu: Maka catatan-catatan itu menjadi ringan dan bitaqah (kartu) itu menjadi berat.” Pendapat ketiga menyatakan bahwa berat badan sesorang di akhirat nanti mencerminkan berat/ringan amalannya di dunia berdasarkan hadist: “Kelak di hari kiamat didatangkan seorang lelaki yang gemuk, tetapi di sisi Allah timbangannya tidaklah seberat sebuah sayap nyamuk kecil pun.”

Ketiga pendapat di atas hanyalah gambaran bahwa amal itu dapat diukur atau dalam bahasa kerennya dapat diaudit. Audit Allah sangat teliti, tidak akan luput sedikitpun dan Allah selalu bertindak Adil. Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. [QS 4:40]

Mereka yang neraca kebaikannya lebih berat dari neraca keburukan, walaupun lebih berat sedikit saja menjadi orang yang beruntung. Sebaliknya mereka yang neraca kebaikannya lebih ringan akan menjadi orang yang merugi. Orang beruntung masuk sorga dan orang merugi harus menebus kesalahannya di neraka.

Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.[QS 7:10]

Manusia diangkat Allah sebagai khalifahNya di muka bumi. Seluruh keperluan manusia di bumi telah disiapkan oleh Allah dan keperluan-keperluan itu pasti terpenuhi jika manusia berusaha mendapatkannya. Nikmat yang diberikan Allah kepada manusia sungguh banyak, tak terhitung sebagaimana termaktub dalam QS 14:34 “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”

Namun, sebagian besar manusia mengabaikan atau bahkan mengingkari ni'mat Allah tersebut. Manusia yang bersyukur sangat sedikit jumlahnya dibandingkan manusia yang kufur. Tetapi ingatlah, syukur seorang manusia bermanfaat untuk dirinya sendiri, dan kufurnya manusia tidak akan mengurangi kekayaan Allah sedikitpun.

Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [QS 14:8]

Wallahu ‘alam bish shawab.

Monday, June 20, 2011

Tafsir Zanjabil - Ikutilah Petunjuk Allah.



Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Pembaca rahimahumullah. Insya Allah Blog ini akan memuat secara rutin Tafsir Zanjabil. Tafsir Zanjabil adalah materi pengajian tafsir Zanjabil yang dilaksanakan para setiap malam Jum'at oleh Persatuan Masyarakat Indonesia (PERMAI) di Brunei. Nara sumber yang menyampaikan materi tafsir adalah Ustadz Dr Abdurrahman Haqqi, dosen Universiti Sultan Syarif Ali, Brunei Darussalam. Materi yang disampaikan oleh Dr Abdurrahman Haqqi kemudian ditulis oleh Dr Mohammad Nabil Almunawar, dosen Universiti Brunei Darussslam dan dimuat di Bulletin Zanjabil yang terbit setiap hari Jum'at. Bulletin Zanjabil dibagikan kepada jama'ah Zanjabil dan disebarkan melalui email (bagi yang berminat mendapatkan Zanjabil via email silahkan  kirim email ke mhdnabil@yahoo.com). Minggu lalu materi pengajian sampai kepada tafsir Surat al-'Araaf ayat 65-72. Kita akan mulia materi tafsir di Blog ini dengan tafsir Surat al-'Araaf. Selamat membaca, semoga bermanfaat dan menambah pemahaman dan ilmu tentang isi Al-Qur'an dan kemudian mengamalkannya.

Wassalam,
m.nabil almunawar

IKUTILAH PETUNJUK ALLAH
Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar

Surat al-'Araaf (206 ayat) adalah surat yang turun di Mekkah, kecuali ayat 163-170 yang turun di Madinah. Kata al-'Araaf diambil dari kata yang terdapat pada ayat ke 46 yang berarti tempat yang tinggi. Tempat yang tinggi yang dimaksud disini adalah suatu tempat diantara surga dan neraka yang menjadi tempat menunggu bagi mereka yang dosa dan pahalanya sama banyaknya, sehingga menunggu keputusan Allah SWT akan dimasukkan ke sorga atau neraka.


Ayat-ayat di dalam surat al-'Araaf adalah penjelasan dari ayat-ayat yang terdapat dalam surat sebelumnya, yaitu surat al-An'am, seperti masalah penciptaan manusia, kehidupan Nabi Adam AS dan keturunannya, sejarah manusia dan para nabi.

Bismillahirrahmanirrahim

Alif, laam miim shaad. [QS 7:1]

Secara umum, tafsir dari ayat-ayat berupa huruf ada dua pendapat. Pendapat pertama tak ada tafsirnya, yakni maknanya diserahkan kepada Allah SWT. Pendapat kedua huruf-huruf dalam ayat tersebut dapat ditafsirkan karena setiap perkataan ada tafsirnya. Paling sedikit ada empat macam penafsiran huruf-huruf ini. 
  1. Ditafsirkan sebagai nama surat. Jadi nama surat al-'Araaf adalah Alif Laam Mim Shaad al-'Araaf.
  2. Ditafsirkan sebagai sebagian dari nama-nama Allah. Alif () – Allah, lam () – al-Latif, mim () – al-Majid, shaad (ص) – as-Shomad. 
  3. Bilangan, zaman dahulu sebelum ditemukan bilangan, orang Arab menghitung dengan huruf (alif=1, ba=2, jim=3, dal=4 dst. Jadi dengan bilangan tersebut orang bisa menaksir tujuan al-Quran misalnya waktu datangnya kiamat seperti ditafsirkan oleh sekte sesat tasawuf). 
  4. Sebagai tanda kemu’jizatan Al-Qur’an. Sebelum Al-Qur’an orang Arab pada masa itu belum pernah menggunakan huruf-huruf dalam satu perkataan. Al-Qur’anlah yang pertama. Ada 29 surat dalam Al-Qur’an yang diawali dengan huruf-huruf, ada yang satu huruf seperti Qaf, 2 huruf seperti Yasin, 3 huruf seperti Alif Lam Mim, 4 huruf seperti Alif Lam Mim Shaad, dan 5 huruf seperti Kaf Ha Ya ‘Ain Sad. Semua surat yang diawali dengan huruf ini bersifat mendukung kebenaran Al-Qur’an. 
Sehubungan dengan makna alif, laam miim shaad, Ibnu Abbas mengatakan bahwa maknanya adalah “Akulah Allah yang akan memutuskan (semua perkara).”

Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.[QS 7:2]

Kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah kitab yang sempurna, sebagai petunjuk untuk meniti kehidupan di dunia dan mempersiapkan diri untuk menyongsong akhirat. Al-Qur'an memuat semua solusi masalah yang dihadapi manusia di dunia. Sebagian solusi itu dipaparkan secara rinci, misalnya masalah waris. Sebagian lagi hanya memuat prinsip solusi dan petunjuk untuk memperolehnya karena persoalan yang dihadapi manusia berubah-ubah dari tempat ke tempat yang lain dan dari waktu ke waktu.

Rasulullah SAW pasti banyak menghadapi tantangan dalam menyampaikan al-Qur'an, tetapi karena al-Qur'an ini adalah petunjuk untuk manusia, maka penyampaiannya mesti dilakukan dengan lapang dada. Rasulullah SAW memang menghadapi tantangan yang sangat berat dalam meyampaikan wahyu (Al-Qur'an) dan Beliau menyampaikannya secara istiqamah, penuh dengan perasaan bahagia dan lapang dada. Al-Qur'an menyatu dengan diri Rasulullah SAW, keduanya tidak dapat dipisahkan.

Ada dua tujuan utama Al-Qur'an yang disebutkan dalam ayat ini, yaitu sebagai peringatan dan sebagai pelajaran. Peringatan ditujukan kepada orang-orang kafir, bahwa jika mereka tidak mengikuti Al-Qur'an, mereka pasti celaka. Jika mereka tetap berpaling, maka kecelakaan fatal yang pasti mereka alami, khususnya di akhirat adalah tanggungjawab mereka sendiri, karena peringatan telah disampaikan.

Bagi orang-orang yang beriman, Al-Qur'an adalah petunjuk yang paling berharga yang memuat pelajaran atau ilmu yang menuntun mereka untuk selamat hidup di dunia dan di akhirat.

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).[QS 7:3]

Al-Qur'an adalah petunjuk yang mesti diikuti, karena petunjuk itu datang dari Allah, Tuhan semesta alam, Yang menciptakan manusia, Yang tahu persis apa yang semestinya diakukan oleh manusia untuk mencari kebahagiaan dan keselamatan.

Jika kita hendak mengoperasikan suatu alat yang kompleks, maka kita harus mengikuti petunjuk yang dibuat oleh yang menciptakan alat itu, jangan mengikuti petunjuk dari orang yang tidak mengerti tentang alat tersebut. Apa yang akan terjadi jika kita tidak mengikuti pentunjuk dari yang membuat alat atau mengikuti petunjuk dari yang tidak mengerti tentang alat tersebut? Pasti alat tersebut akan rusak atau cepat rusak atau bahkan membahayakan kita.

Manusia adalah mahluk Allah yang sangat kompleks dan kedudukannya sangat mulia dibandingkan mahluk yang lain. Allah memberikan petunjuk kepada manusia agar manusia tersebut dapat berfungsi sesuai dengan tujuan penciptaannya. Tidak ada petunjuk lain yang dapat menyelamatkan manusia. Jika manusia mengikuti petunjuk yang lain, yaitu petunjuk yang berasal dari sumber yang sesungguhnya tidak mengerti hakekat kemanusiaan dan tujuan penciptaannya atau petunjuk dari musuh manusia (setan) maka sudah pasti manusia itu akan rusak dan binasa. Mengapa? Karena petunjuk selain dari petunjuk Allah akan menyesatkan, mengecohkan manusia dari fitrahnya dan menuntunnya kepada jurang kehancuran.

Sungguh sangat disayangkan hanya sedikit manusia yang mengikuti petunjuk Allah dan mengambil pelajaran dari petunjuk itu seperti yang disebutkan di akhir ayat ke 3 ini. Memang sebagian besar manusia ini terkecoh dari tujuan hidupnya sehingga mereka tersesat seperti yang termaktub dalam QS 6:116 yang pernah kita bahas.

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). [QS 6:116]

Manusia yang merasa dirinya pintar, merasa dirinya mengerti tentang kemanusiaan dan tujuan hidup manusia tanpa peduli dengan petunjuk dari Yang menciptakan manusia sesungguhnya hanya mengikuti hawa nafsu dan prasangka (zhan) belaka. Petunjuk yang dibuat berdasarkan nafsu, kepentingan pribadi atau kelompok, dibumbui dengan nasehat setan sudah tentu akan menyesatkan dan membawa manusia ke jurang kehancuran.

Maka dari itu pelajarilah dengan sungguh-sungguh petunjuk dari Allah. Alangkah lalainya kita jika petunjuk yang sangat berharga ini tidak kita pelajari dengan serius atau kita sia-siakan. Sebenar kita ini mau kemana?

Wallahu ‘alam bish shawab.

(Bersambung)

Tuesday, June 7, 2011

Penggagas Ma'had Tahfidzul Qur'an Bahrusy Syifa


Penggagas Berdirinya ma'had bahrusy syifa adalah diprakarsai oleh Ustadz Imron Rosyadi dan Bapak Agus Djamil Msc.Ma'had Bahrusy syifa berdiri di dukung oleh saudara muslimin dan muslimah dari Brunei Darussalam dan Indonesia. Atas dukungan para donatur-donatur yang menshodaqohkan harta dan fikiran mereka sehingga Maha'd Bahrusy syifa bisa terbentuk. Semoga ALLOH senantiasa melindungi dan menerima amal kebaikan kita. Amin3X

Waqof Al-Quran Barusy Syifa



REALISASI BANTUAN WAKAF MUSHAF AL-QUR”AN
Penyerahan Bantuan Wakaf berupa Mushaf Al-Qur’an 30 Juz kepada Pengelola / Pengurus Mushalla Al-Muhajirin Dusun Krajan – Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang.

SAMSUL ARIFIN A.ma.Pd. (baju hitam) menantu Bapak SURJADI (almarhum) sebagai pengelola yang melanjutkan cita-cita orang tuanya.

Latar belakang pendidikan tidak menjadi halangan bagi dia untuk terus menimba ilmu Agama termasuk tehnologie (Komputer) kepada Ustadz M.Mabib Muroqob (xx) lima tahun terakhir.bahkan

Pekerjaan sehari-hari yang dia tekuni adalah sebagai guru Olah Raga ( sukwan ) di SDN Sumberpetung 01 Kecamatan Ranuyoso.

Cita-cita beliau ke empat putranya nanti akan dimasukkan dalam pendidikan pesantren.


B. Berita Profil
Pembangunan Mushalla Al-Ikhlas berawal dari Perkenalan ustadz M.Mabib Muroqob yang berprofesi sebagai guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas di SDN. Negeri Wates Wetan 01 dengan saudara Budiono.

Mushalla Al-Ikhlas dibangun diatas tanah milik Budiono dan merupakan satu-satunya mushalla yang ada di tengah masyarakat yang awam agama Di Dusun Kopangan yang termasuk daerah terpencil, tandus dan sulit air, wilayah yang jarang hampir tidak tersentuh, atau mungkin dilupakan.

Budiono, sosok pemuda yang taat menjalankan perintah agama, dia tumbuh dan besar dalam keadaan yatim, suatu hari dia sakit yang berkepanjangan dan tidak ada kesembuhan ( tahun 2002 ), dan . . . Alhamdulillah, setelah mendapat rawatan dengan methode Ruqyah Allah SWT memberikan kesembuhan.

Setelah sembuh dari sakit yang di alaminya, dia sering bersilaturrahim dan konsultasi masalah ajaran islam kepada ustadz Mabib. Bahkan ustadz Mabib sering memberi pinjaman buku-buku tentang Islam kepada Budiono. Berawal dari sinilah ide pembangunan Mushalla di mulai ( Th.2004 ).

Kemudian ide pembangunan itu disampaikan kepada Saudara Supriyono dan Agus Wahyu (tokoh pemuda Desa Wates Wetan, gambar 2), dan keduanya setuju dengan harapan nanti harus ada pengembangan.
Singkat cerita ide pembangunan Mushalla Al-Ikhlas baru biasa terialisasi pada tahun 2011 ( Pebruari 2011 ) dengan modal awal Rp. 5.000,000,. Dan sampai berita gambar ini diambl masih mampu menyelesaikan 90 % telah menghabiskan dana Rp. 9.500.000,- . ( semoga Allah SWT membalas Syurga atas partisipasi dari para dermawan,amiin ).

Pada tahun 2009 Ustadz Mabib menyarankan untuk mengajar ngaji, sementara tempat cukup dirumah dulu, sejak tahun 2009 sampai hari ini jumlah santri yang mengaji terus bertambah : 11 santri anak anak, 17 santri anak dewasa, dan 9 santri orang tua. Dan Alhamdulillah masyarakat semakin sadar akan pentingnya pengamalan ajaran agama islam.

Pengembangan : - 2 santri telah disiapkan menjadi assisten
- 1 santri telah belajar dipesantren ( regenerasi )
- Rencana Pembangunan ruang perpustakaan .

Ponpes Bahrusy Syifa