Tuesday, November 15, 2011

KISAH NABI NUH AS


Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar

Pembaca Zanjabil rahimakumullah, kita lanjutkan membahas tafsir surat al-A’raaf  ayat 57 sampai ayat 64. Mari kita simak tafsir ayat-ayat tersebut.



Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.[al-A'raf (7):57]



Ayat 57 berbicara tentang proses turunnya hujan dan keterkaitannya dengan proses membangkitkan orang yang telah mati. Proses turunnya hujan dimulai dengan tiupan angin yang menggiring awan yang banyak mengandung uap air (awan mendung) ke suatu tempat. Allahlah yang menggerakkan angin tersebut dengan sunnatullah yang telah digariskanNya. Kata “ar-riyah” berarti angin (dalam bentuk jamak). Menarik untuk diperhatikan penggunaan kata angin di dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat yang memuat kata angin dalam bentuk jamak (“riyah”) seperti pada ayat di atas bermakna positip, yakni membawa rahmat dan kebaikan untuk manusia. Jika kata yang digunakan dalam bentuk tunggal (“rih”) maka angin dalam ayat yang bersangkutan berarti azab, misalnya dalam QS al-Haqqah(69):6.



Angin dalam QS 7:57 berfungsi menggerakkan awan yang mengandung banyak uap air ke suatu tempat, dalam hal ini tempat tersebut dalam keadaan tandus. Setelah awan tersebut mengalami kondensasi, maka terjadilah butir-butir air yang kemudian menetes menjadi hujan. Hujan tersebut akan membasahi tempat yang tandus ini yang sebenarnya di dalam tanahnya mengandung bibit-bibit tanaman yang selama ini “mati”. Ketika air hujan membasahi bibit-bibit tanaman itu, maka bibit-bibit tersebut menjadi aktif, tumbuh dan membesar. Tempat yang tandus dan mati tersebut dalam waktu singkat akan menjadi hijau dan hidup. Perkembangan selanjutnya adalah tanaman-tanaman tersebut membesar, berbunga dan kemudian berbuah, yang tentu saja sangat bermanfaat buat manusia.



Ayat yang sangat ilmiah ini selain mengungkap bagaimana hujan terjadi secara akurat dan juga berbicara tentang air sebagai sumber kehidupan yang menghidupkan tanah yang tandus menjadi hijau, juga mengingatkan manusia untuk berfikir bahwa bagi Allah menghidupkan sangat mudah. Pada Zanjabil yang lalu diungkapkan bahwa Allah menciptakan dari tiada yang tidak dapat ditiru oleh mahlukNya. Kalau menciptakan dari tiada saja mudah bagi Allah apalagi membangkitkan yang mati (artinya sebelumnya pernah ada).



Proses membangkitkan manusia yang telah mati, yang telah dikuburkan dalam tanah, lebih-kurang sama dengan proses menghidupkan tanaman yang telah mati. Mereka yang tidak percaya kepada hari kebangkitan seharusnya merenung dan belajar dari proses hidupnya tanaman-tanaman di daerah tandus yang dicurahi hujan yang disebutkan pada ayat 57 ini.



Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.[al-A'raf (7):58]



Ayat 58 mengungkapkan sunnatullah yang lain, yaitu tentang kesuburan tanah yang juga dikaitkan dengan keadaan manusia. Tanah yang subur mengandung banyak unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dengan baik. Tanaman yang berada di tanah yang subur dan menerima cukup air dan sinar matahari akan tumbuh subur. Sebaliknya tanah yang tidak subur walaupun menerima cukup air dan sinar matahari, tanaman yang tumbuh di atasnya merana. Menurut Ibnu Abbas ayat 58 merupakan perumpamaan antara orang beriman dan orang kafir.



Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, ayat 58 adalah perumpamaan kemampuan penyerapan ilmu dan pentunjuk Allah yang sampai kepada seseorang. Lengkap hadist tersebut sbb: “Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang diutuskan oleh Allah kepadaku (untuk menyampaikannya) adalah seperti hujan deras yang menyirami bumi. Sebagian dari bumi ada yang subur dan menerima air, maka ia menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan sebagian dari yang lain ada yang tandus, tetapi dapat menampung air, maka Allah memberikan manfaat kepada manusia melaluinya sehingga mereka dapat minum, dapat pengairan dan bercocok tanam. Dan hujan itu menimpa sebagian yang lain yang hanya merupakan rawa-rawa, tidak dapat menahan air dan tidak (pula) menumbuhkan rerumputan. Maka demikianlah perumpamaan orang yang mengerti tentang agama Allah dan beroleh manfaat dari apa yang diutuskan oleh Allah kepadaku untuk menyampaikannya, sehingga ia berilmu dan mengamalkannya. Juga sebagai perumpamaan buat orang yang tidak mau memperhatikannya serta tidak mau menerima petunjuk Allah yang disampaikan olehku.



Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).[al-A'raf (7):59]



Mulai ayat 59 sampai akhir surat mengungkapkan barbagai kisah para nabi yang berjuang menegakkan kalimat tauhid dan tanggapan dari ummatnya, yaitu kisah-kisah Nabi Nuh AS, Nabi Hud AS, Nabi Saleh AS, Nabi Lut AS, Nabi Syuaib AS dan Nabi Musa AS. Ajaran yang dibawa nabi-nabi dan rasul-rasul itu sama, yaitu ajaran tauhid.



Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk ummat manusia. Jarak waktu Nabi Adam AS ke Nabi Nuh AS cukup panjang, karena umur manusia pada zaman itu sangat panjang, mencapai seribu tahun dan Nabi Nuh AS adalah keturunan ke 10 Nabi Adam AS. Dapat dibayangkan jumlah manusia sudah sangat banyak dan peradaban sudah cukup maju. Namun, sebagian besar manusia tersesat, jauh dari ajaran tauhid karena mengikuti hawa nafsu dan dikecoh oleh Iblis dan anak buahnya. Nabi Nuh AS (dan rasul-rasul lainnya) diutus Allah untuk menggiring manusia kembali ke jalan yang lurus, mengikuti ajaran tauhid dan mengingatkan hari akhirat. Pokok ajaran tauhid itu adalah "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Selanjutnya Nabi Nuh AS (dan juga rasul-rasul yang lain) mengingatkan ummatnya bahwa jika manusia tidak beriman atau berlaku syirik maka implikasinya adalah azab yang dahsyat di akhirat.



Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata".[al-A'raf (7):60]



Sayangnya, pemuka-pemuka dari ummat yang didakwahi para rasul itu, dalam ayat 60 mengacu pada ummat Nabi Nuh AS, selalu menentang ajaran tauhid itu dan bahkan berbalik menuding bahwa yang sesat itu adalah Nabi Nuh AS. Ajaran tauhid pasti membawa perubahan paradigma dan pembebasan manusia dari segala macam perhambaan, kecuali hanya kepada Allah. Para pemuka ummat yang telah menikmati perhambaan dan kedudukan merasa terancam. Mereka tidak mau mengubah praktek hidup sesat mereka yang selama ini menguntungkan mereka.



Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanah Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui".[al-A'raf (7):61-62]



Nabi Nuh AS tentu saja menolak tuduhan sesat tersebut karena dia adalah utusan Allah yang bertugas menyampaikan amanat-amanat Allah untuk meluruskan ummatnya yang telah sesat tersebut. Nabi Nuh AS memiliki hikmah pemberian Allah yang tidak dapat ditandingi ummatnya dan dapat memberikan nasihat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi ummatnya. Beliau juga memiliki pengetahuan yang tidak dapat dicapai oleh ummatnya. Yang penting ummatnya mempercayai kerasulannya dan mengikuti jejaknya mengikuti ajaran tauhid.



Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat?[al-A'raf (7):63]



Ummat Nabi Nuh membantah bahwa Nabi Nuh AS adalah rasul Allah karena dia dari kalangan mereka sendiri. Mereka menginginkan malaikat yang datang, tetapi itu hanya tipu muslihat saja untuk menolak dan mendustakan Nabi Nuh AS. Susah payah Nabi Nuh berdakwah kepada ummatnya siang dan malam dalam waktu yang sangat lama, 950 tahun (QS 29:14). Tetapi sangat sedikit pengikut Nabi Nuh AS, sekitar 80 orang saja.



Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).[al-A'raf (7):64]



Setelah Nabi Nuh AS berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid dan berdakwah siang dan malam kepada ummatnya dalam waktu yang sangat lama, tetapi sebagian besar ummatnya tetap mendustakan Nabi Nuh AS, maka datanglah azab Allah melenyapkan ummat Nabi Nuh AS (kecuali yang beriman) dengan mendatangkan banjir yang sangat dahsyat. Lenyaplah ummat Nabi Nuh dalam waktu singkat. Nabi Nuh dan pengikutnya diselamatkan Allah melalui bahtera yang dibuat Nabi Nuh AS. Petunjuk membuat bahtera itu langsung dari Allah. Jadi teknologi pembangunan kapal langsung diajarkan Allah kepada Nabi Nuh AS.



Wallahu ‘alam bish shawab.
(Bersambung)

No comments:

Post a Comment