Jika
kewajiban rukun Islam seperti solat, zakat dan puasa Ramadhan
diserukan dalam ayat al-Quran kepada orang beriman, maka bukan begitu
halnya dengan kewajiban menunaikan ibadat haji. Dalam
kewajiban melaksanakan ibadat haji, al-Quran menggunakan lafaz
'al-nas' (manusia) dalam seruannya.
Allah berfirman artinya: "Dan Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadat haji dengan mengunjungi Baitullah, yaitu sesiapa yang mampu sampai kepadanya. Dan sesiapa yang kufur (ingkarkan kewajiban ibadat haji itu), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak berhajatkan sesuatu pun) daripada sekalian makhluk." (Surat Ali 'Imran: 97)
Jika kewajiban rukun Islam seperti solat, zakat dan puasa Ramadan tidak disebut namanya dalam urutan nama al-Quran, maka bukan begitu halnya dengan ibadat haji. Al-Quran mengkhususkan satu nama suratnya dengan nama Surat al-Hajj, Surah ke-22 pada Juz ke-17 dengan ayatnya berjumlah 78 ayat dan diturunkan di Madinah. Di dalam surat ini seruan kewajipan ibadat haji juga menggunakan lafaz 'al-nas' (manusia).
"Dan
serukanlah umat manusia untuk mengerjakan ibadat haji, nescaya mereka
akan datang ke (rumah Tuhan)mu dengan berjalan kaki, dan menunggang
berjenis unta yang kurus, yang datangnya dari pelbagai jalan (dan
ceruk rantau) yang jauh." (Surat al-Hajj: 27)
Demi menyambut seruan global ini, Baginda Rasulullah SAW pun menggunakan lafaz al-nas' (manusia) dalam ucapan perpisahannya ketika melaksanakan ibadat Haji Wida’ (Haji Perpisahan) pada 9 Zulhijjah 10 Hijrah di Lembah Urainah, Padang Arafah. Rasulullah tidak menggunakan wahai Ummat Islam atau wahai orang beriman, yang ada baginda menggunakan seruan 'Wahai Manusia'. Sabda baginda artinya:
"Wahai
manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan. Aku tidak
mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas
tahun ini. Oleh
itu dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia
kepada orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini.
Wahai
manusia, seperti kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci,
maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah
suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya
yang berhak.
Wahai manusia, seperti kamu mempunyai hak atas isteri kamu mereka juga mempunyai hak di atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang.
Layanilah
wanita kamu dengan baik dan berlemah lembutlah terhadap mereka kerana
sesungguhnya mereka teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu
atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang
yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan
zina.
Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini, sembahlah Allah, dirikanlah sembahyang lima kali sehari, berpuasalah di bulan Ramadan, dan tunaikanlah zakat daripada harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ibadat haji sekiranya kamu mampu.
Ketahuilah
bahwa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu
semua adalah sama; tidak seorang pun yang lebih mulia daripada yang
lainnya kecuali dalam takwa dan beramal saleh.
Ingatlah, kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan di atas segala apa yang sudah kamu kerjakan. Oleh itu, awasilah agar jangan sekali-sekali kamu terkeluar daripada landasan kebenaran selepas ketiadaanku.
Wahai
manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku
dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah
dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan
kepada kamu. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara,
yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya,
nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah al-Quran dan
Sunnahku.
Hendaklah orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan pula kepada orang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku daripada mereka yang terus mendengar daripadaku. Saksikanlah ya Allah, bahwasanya sudah aku sampaikan risalah-Mu kepada hamba- hambamu."
Subhanallah!
Betapa indahnya ucapan perpisahan dari seorang pemimpin yang
disayangi makhluk seluruh alam. Ucapan yang berisi ajaran nilai
kebaikan global yang disampaikan oleh utusan terakhir Allah kepada
umat manusia. Ucapan universal yang disampaikan oleh pemimpin agung
manusia sepanjang sejarah.
Islam
adalah satu-satunya agama di sisi Allah seperti ditegaskan al-Quran
dalam Surat Ali Imran ayat 19 artinya: "Sesungguhnya
agama (yang benar dan diredai) di sisi Allah ialah Islam."
Hakikat
ini juga dapat dimengerti daripada ayat al-Quran (Surat al-Maidah: 3)
yang artinya:
"Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu agama kamu, dan
Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku telah redakan Islam
itu menjadi agama untuk kamu."
Bukankah
Rasulullah diutus untuk semua makhluk? Allah berfirman artinya: "Dan
tiadalah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan untuk umat
manusia seluruhnya, sebagai Rasul pembawa berita gembira (kepada
orang beriman), dan pemberi amaran (kepada orang yang ingkar); akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hakikat itu."
(Surat Saba': 28)
Amat benar firman Allah di atas, 'akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hakikat itu' karena dari penduduk dunia yang berjumlah 7 milyar hanya 1.5 milyar saja yang mengetahui hakikat bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW.
Inilah
tugas penting dan tanggungjawab berat yang dipikul umat Islam untuk
menjelaskan kepada seluruh manusia mengenai hakikat di atas. Hakikat
bahwa semua manusia adalah Muslim kerana semua Nabi dan Rasul adalah
Muslim seperti diberitakan al-Quran. Dalam kajian seorang mantan
anggota Kongres Amerika Syarikat, Mark D Siljendar dalam bukunya yang
diterbitkan pada Oktober 2008 berjudul A Deadly Misunderstanding.
Dalam buku ini dibuktikan secara ilmiah bahwa Nabi Musa as dan Nabi
Isa as adalah Muslim. Mereka tidak pernah menyebut diri mereka
beragama Yahudi atau Nasrani.
Haji
dengan puncak acaranya wukuf di Arafah dan Idul Adha adalah masa
sesuai untuk menyeru umat manusia bahwa mereka sebenarnya adalah umat
Muslim seperti yang diinginkan Allah SWT. Kita seru mereka untuk
kembali ke pangkuan agama asal mereka yaitu agama Islam karena ibadat
haji adalah ibadat Nabi Ibrahim as, dan Nabi Ibrahim adalah bapak
para nabi, Abu al-Anbiya', yang membawa satu agama dan diwariskan
kepada Nabi yang datang sesudah baginda.