Thursday, March 15, 2012

Kedurhakaan Fir'aun dan Kaumnya

Nara sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar



Pembaca Zanjabil rahimakumullah, Mari kita lanjutkan pembahasan tafsir surat al-A’raaf mulai ayat 127 sampai ayat 135 tentang kedurhakaan Fir'aun dan kaumnya. Mari kita simak pembahasan tafsir ayat-ayat tersebut.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Setelah Fir'aun menderita kekalahan yang memilukan dan memalukan di depan rakyatnya sendiri dan pada saat yang sama dia menyaksikan kedahsyatan mu'jizat Nabi Musa AS, Fir'aun dan pembesar-pembesarnya uring-uringan mencari cara baru untuk mengenyahkan Nabi Musa AS dan menindas Bani Israil.

Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Firaun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka". [QS 7:127]

Setelah pertandingan Nabi Musa dan para pakar sihir Fir'aun usai, Nabi Musa keluar gelanggang tanpa dicegat Fir'aun. Para pembesar Fir'aun kemudian mengusulkan cara memerangi misi Nabi Musa AS. Pernyataan para pembesar mengulangi fitnah yang dituduhkan sebelumnya, yaitu menuduh Nabi Musa AS berbuat kerusakan di negeri Mesir. Memang munculnya Nabi Musa AS dengan misi tauhid dan pembebasan Bani Israil mengancam kekuasaan Fir'aun yang zalim. Fir'aun dan pembesarnya gelisah. Ada pernyataan menarik dari para pembesar itu, yaitu ancaman meninggalkan tuhan-tuhan mereka. Jadi sesungguhnya Fir'aun dan para pembesar itu memiliki sesembahan-sesembahan dan klaim Fir'aun yang mengaku dirinya sebagai tuhan adalah klaim yang menggelikan. Bagaimana mungkin tuhan memiliki tuhan-tuhan?

Fir'aun merencanakan kezaliman lagi terhadap Bani Israil, yakni membunuh semua anak laki-laki Bani Israil, yang pada prinsipnya adalah pemusnahan Bani Israil di Mesir. Para perempuan Bani Israil pasti akan dijadikan budak-budak pemuas nafsu yang dapat diperkosa setiap saat. Sungguh kejam rencana Fir'aun ini.

Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa" (128). Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Firaun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu. [QS 7:128-129]

Setelah memenangkan pertandingan yang spektakuler itu, Nabi Musa AS menasehati kaumnya agar memohon pertolongan Allah SWT dari siksaan Fir'aun sambil mengingatkan bahwa mereka harus berbuat baik dan bertakwa agar Allah menyelamatkan mereka dan memberikan tempat untuk mereka berdomisili.

Bani Israil tidak mencerna dengan baik nasehat rasul yang diutus untuk mereka, mereka malah mengungkapkan komplain kepada Nabi Musa AS dengan cara yang tidak sopan, yakni kedatangan Musa tidak berpengaruh apapun terhadap kehidupan mereka. Ciri-ciri Bani Israil yang tidak sabar dan bandel sudah mulai terlihat. Nabi Musa AS tetap menasehati mereka sambil berdoa agar Allah membinasakan musuh mereka dan menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi sambil mengingatkan bahwa amal mereka akan dimonitor Allah.

Selanjutnya adalah kisah sangsi atau hukuman yang dijatuhkan Allah kepada Fir'aun dan kaumnya dengan berbagai kesusahan. Tujuan utama sangsi-sangsi atau hukuman-hukuman itu adalah agar Fir'aun dan kaumnya sadar dan kemudian beriman kepada Allah. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, hukuman yang dijatuhkan kepada hambaNya bertujuan untuk mengajak hambaNya ke jalan yang lurus, walaupun hambaNya tersebut telah durhaka kepadaNya berkali-kali.

Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran (130). Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Ini adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.[QS 7:130-131]

Hukuman pertama yang diterima Fir'aun dan kaumnya adalah kemarau yang sangat panjang. Akibat kemarau yang panjang, maka tanaman pangan menjadi tidak tumbuh dan terjadilah paceklik. Tanaman buah-buahan yang selama ini berbuah lebat, tidak berbuah atau berbuah sangat sedikit. Keadaan paceklik ini kemudian mengakibatkan kelaparan di seluruh negeri. Demikianlah Allah memberikan pelajaran kepada Fir'aun dan kaumnya agar mereka menyadari kesalahan dan kemudian bertobat dan beriman. Nabi Musa AS kemudian diminta bantuan untuk berdoa agar masa paceklik itu dapat berlalu.

Setelah Nabi Musa AS berdoa sesuai deengan permintaan mereka, maka mulailah turun hujan dan musim paceklikpun berlalu. Pada saat kemakmuran datang mereka melupakan masa paceklik yang merupakan sangsi dari Allah yang harusnya diambil ibrah. Mereka bahkan menyombongkan diri bahwa kemakmuran yang diperoleh sepenuhnya karena usaha mereka sendiri. Akibatnya, Fir'aun dan kaumnya bertambah kufur dan selalu menyalahkan Nabi Musa AS ketika mereka mendapat kesusahan dan menganggap Nabi Musa dan Bani Israil adalah pembawa sial. Namun, sesungguhnya kesialan yang mereka alami adalah hukuman dari Allah akibat dari kesombongan dan kedholiman yang mereka lakukan.

Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu" (132). Maka Kami kirimkan kepada mereka tofan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa (133). Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu daripada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israel pergi bersamamu" (134).Maka setelah kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.[QS 7:132-135]
 
Hukuman kemarau panjang dan paceklik tidak membuat Fir'aun dan kaumnya sadar. Nasehat-nasehat Nabi Musa AS agar Fir'aun dan kaumnya menyadari hukuman Allah dan bertobat tidak digubris. Fir'aun dan para pembesarnya tetap menganggap Nabi Musa AS sebagai tukang sihir. Kalimat-kalimat yang diucapkan Nabi Musa AS yang sesungguhnya membuat mereka tertegun dan kagum, mereka tutupi dengan menganggapnya sebagai sihir dan mereka tak segan-segan mendeklarasikan kekufuran mereka, yakni tidak mau beriman dengan Nabi Musa AS. Akibatnya, Allah SWT mendatangkan hukuman-hukuman berikutnya dengan tujuan yang sama, yaitu memberikan kesempatan untuk sadar.

Ada lima macam hukuman yang dijatuhkan kemudian, yaitu angin tofan, hama belalang, hama kutu, hama katak dan darah. Semua hukuman ini sangat menyusahkan, menyakitkan dan menakutkan. Topan meluluhlantakkan rumah, kebun dan apa saja yang dilaluinya dan mengakibatkan malapetaka besar termasuk kematian. Upaya rehabilitasi topan memerlukan waktu. Hama belalang dan kutu mengakibatkan kerusakan tanaman dan diceritakan hama belalang tersebut cukup ganas, pintu dan jendela kayu juga dilalapnya. Katak dan darah sangat mengerikan dan merepotkan.

Ringkasnya hukuman-hukuman itu cukup berat dan membuat Fir'aun dan kaumnya tak berkutik dan terpaksa meminta tolong kepada Nabi Musa AS untuk berdoa kepada Allah agar azab ditarik. Ketika mereka meminta tolong kepada Nabi Musa AS, sesungguhnya mereka mengakui kerasulan dan hubungan yang dekat antara Nabi Musa AS dan Tuhan.

Merekapun meyakinkan Nabi Musa AS, kalau dia berhasil menghilangkan azab itu mereka akan beriman dan membebaskan Bani Israil pergi bersamanya. Namun, setelah doa Nabi Musa AS diterima Allah dan azab itu dicabut, mereka berpaling dan kembali menyombongkan diri. Hal ini dilakukan berkali-kali, yakni setiap azab datang menimpa mereka. Paling sedikit mereka melakukannya 6 kali, yaitu ketika kemarau panjang melanda, ketika topan melanda, ketika hama belalang menyerang, ketika hama kutu menyerang, ketika hama katak menyerang dan ketika sumber air mereka berubah menjadi darah. Jadi sedikitnya mereka berjanji 6 kali untuk beriman, tetapi semuanya diingkari. Benar-benar sombong dan tidak tahu diri.

Jika kita renungkan baik-baik cerita penghianatan Fir'aun dan kaumnya kepada Nabi Musa AS, betapa besarnya kasih sayang Allah kepada manusia dan betapa sabarnya Nabi Musa AS menghadapi kaum yang sangat durhaka. Nabi Musa AS tidak pernah berdoa untuk kehancuran kaum itu. Beliau bahkan berdoa untuk menyelamatkan mereka dari azab dan semua doanya dikabulkan Allah. Kesempatan berkali-kali yang diberikan Allah untuk sadar disia-siakan begitu saja, bahkan diisi dengan pengingkaran dan kedurhakaan terus-menerus. Sungguh celaka.

Pada akhirnya Fir'aun, para pembesar dan bala tentaranya menemui ajalnya di laut tengah, yang kisahnya diungkapkan oleh ayat berikutnya.

Wallahu ‘alam bish shawab.

No comments:

Post a Comment