Thursday, September 15, 2011

Penghuni Tempat yang Tinggi

Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis Oleh: Mohammad Nabil Almunawar


Pembaca Zanjabil rahimakumullah, Mari kita lanjutkan untuk menyimak tafsir surat al-A’raaf ayat 44 sampai ayat 48. Mari kita simak tafsir ayat-ayat tersebut. 

Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim. [al-A'raf (7):44]


Ayat 44 adalah kelanjutan dari ayat-ayat sebelumnya yang menceritakan tentang penghuni neraka dan penghuni surga. Ayat 44 menceritakan terjadi dialog antara penghuni surga dan penghuni neraka tentang janji Allah SWT yang disampaikan melalui wahyu yang pernah mereka dengar sewaktu hidup di dunia. Bahwa para pendusta lagi sombong itu dijanjikan akan masuk neraka dan mendapat azab yang pedih (QS al-Mutaffifin(83):10-17). Tetapi para pendusta itu justru memperolok-olok janji itu, mereka mendustakannya. Demikian pula janji Allah untuk orang-orang yang beriman dan beramal soleh, bahwa mereka dijanjikan akan masuk ke dalam surga, mendapatkan segala macam kenikmatan yang belum pernah mereka bayangkan (QS al-Mutaffifin(83):22-28).


Penghuni surga berujar kepada penghuni neraka bahwa mereka telah merasakan karunia dan kenikmatan yang dijanjikan Allah itu dan selanjutnya mereka bertanya kepada penghuni neraka apakah mereka telah merasakan azab pedih yang dijanjikan Allah? Para penghuni neraka yang mendustakan ayat-ayat Allah, termasuk mendustakan ancaman Allah yang akan menjebloskan mereka ke neraka mengakui bahwa janji Allah itu benar. Janji Allah pasti benar dan pasti dipenuhiNya.


Setelah dialog antara penghuni surga dengan penghuni neraka itu berlangsung, ada yang menyeru (malaikat) kepada dua kelompok yang berdialog tersebut bahwa “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.” Kutukan Allah berimplikasi siksa di neraka dan kutukan itu hanya menimpa orang-orang yang berbuat zalim. Siapa yang dimaksudkan orang-orang zalim di sini? Ayat berikutnya akan menjelaskannya.


(yaitu) Orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat."[al-A'raf (7):45]


Orang-orang zalim adalah para pendusta yang disebutkan di ayat-ayat sebelumnya. Mereka memiliki karakter yang sangat tercela, disamping mereka mendustakan ayat-ayat Allah mereka juga menghalang-halangi manusia dari hidayahNya dan berusaha agar manusia-manusia lain tersesat, jauh dari jalan yang lurus (mereka membengkokkan jalan yang lurus).


Karakter lain yang sangat nyata bagi orang-orang zalim adalah kafir atau tidak percaya terhadap hari kiamat. Bagi orang-orang zalim yang dimaksudkan ayat ini, kehidupan ini hanya berakhir di dunia saja, hari kiamat itu tidak ada bahkan bohong belaka menurut mereka. Karena mereka tidak percaya kepada hari kiamat, maka perbuatan zalim mereka akan bertumpuk-tumpuk.


Orang-orang zalim itu akan mengalami hari kiamat yang mereka dustakan dan pasti merasakan siksa pedih yang mereka perolokkan. Sungguh malang!


Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun 'alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).[al-A'raf (7):46]


Surga dan neraka dibatasi oleh suatu “dinding” yang membatasi keduanya. Hanya Allah yang tahu bentuk batas yang dimaksudkan ayat ini. Pada surat al-Hadid ayat 13 disebutkan “Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.”


Pada tempat yang paling tinggi dari pembatas itu berdomisili suatu golongan yang bukan penghuni surga dan bukan pula penghuni neraka. Mereka dapat melihat surga dan mengenal penghuni surga dan mereka juga dapat menyaksikan neraka dan mengenal penghuni neraka, karena baik penghuni surga maupun penghuni neraka memiliki tanda-tanda. Diantara tanda-tanda tersebut adalah wajah putih bercahaya bagi penghuni surga dan wajah yang buram serta hitam-legam bagi penghuni neraka.


Golongan al-'Araaf menyeru penduduk surga dengan ucapan salam seperti salam yang biasa kita ucapkan, “Salamun 'alaikum”. Mereka menyaksikan kebahagiaan dan kenikmatan yang dialami penghuni surga dan mengucapkan selamat kepada mereka. Mereka sangat berharap dapat memasuk surga yang penuh dengan kenikmatan tersebut, tetapi mereka harus menunggu keputusan Allah untuk mereka. Siapakah golongan al-'Araaf tersebut?


Menurut jumhur ulama dan juga menurut Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud, golongan al-'Araaf adalah mereka yang setelah menghadapi mahkamah Allah timbangan dosa-dosa yang mereka lakukan sama persis besarnya dengan timbangan pahala yang mereka peroleh. Mereka tidak dapat masuk surga tetapi tidak dimasukkan ke dalam neraka. Mereka ditempatkan di al-'Araaf, menunggu keputusan terakhir dari Allah untuk mereka. Mereka menunggu keputusan itu dengan cemas dan penuh harap. Cemas karena takut masuk neraka yang dahsyat siksanya telah mereka saksikan dan berharap dengan sangat agar mereka dimasukkan ke surga yang kenikmatannya juga sudah mereka saksikan.
 
Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu".[al-A'raf (7):47]


Ketika golongan al-'Araaf menyaksikan penderitaan penghuni neraka, mereka pasti bergidik ketakutan. Ketakutan kalau seandainya keputusan Allah memasukkan mereka ke dalam neraka. Tak terbayangkan betapa pedihnya siksa neraka itu, mereka menyaksikan penderitaan penghuni neraka dari tempat yang tinggi (al-A'raaf). Mereka benar-benar takut seraya berdo'a kepada Allah agar selamat dari siksa neraka: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu."


Dan orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu".[al-A'raf (7):48]


Golongan al-'Araaf itu menyeru kepada penghuni neraka yang mereka kenal melalui tanda-tanda yang ada, lalu mereka mengatakan (untuk mengingatkan tingkah laku mereka) bahwa harta benda yang mereka kumpulkan dan yang mereka bangga-banggakan bahkan mereka bertindak pongah dengan harta itu ternyata tidak memberikan manfaat apapun di akhirat. Penghuni neraka bahkan menderita akibat dari harta yang mereka sombongkan itu.


Wahai pemburu harta, ingatlah kata-kata penghuni al-'Araaf di atas. Harta benda adalah titipan dari Allah. Mencari harta dan mengumpulkannya tidak dilarang, tetapi harta tersebut mesti diperoleh dengan cara yang halal dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan petunjuk Allah. Jadikanlah harta sebagai teman perjuangan yang membantu pemiliknya beramal soleh untuk mencari ridha Allah.

Wallahu ‘alam bish shawab.
(Bersambung)

No comments:

Post a Comment