Monday, January 23, 2012

HATAMAN AL-QURAN KE 9

Foto diatas menunjukkan banner hataman al-qur'an ke 9 yang terpasang di masjid al-ikhlash bahrusysyifa center
ustadz laghoni dan ustadz shofi sedang asik melakukan aktifitas hataman al-quran ke sembilan di masjid al-ikhlash di bahrusysyifa center
salah satu al-hafidz sedang membaca al-qur'an di masjid baitul muttaqin pada hataman al-quran yang ke 9 bahrusysifa
santri Rizal dan Hilmi sedang menyesaikan juz 30 di musholah bapak sukadi pada hataman al-quran ke 9 bahrusysyifa.
salah satu al-hafidz sedang melakukan aktifitas menghafal al-quran di masjid baitul- muttaqin pada hataman ke 9 bahrusysyifa
santri aisy dan santri dita lagi asik mengikuti hafalan al-quran ke 9 di bahrusysyifa.......aisy dan dita membaca juz 29 sambil di simak sang ayah yaitu bapak jalil....
beberapa ustadz yang mengikuti hataman al-quran yang ke 9 bahrusysyifa lagi istirahat setelah sholat dzuhur dimasjid baitul muttaqin
 santri fikri sedang menunggu giliran membaca hataman al-quran untuk menyelesaikan juz 30 pada hataman al-quran ke 9
 para al-hafidz sedang istirahat untuk makan siang bersama di masjid al-ikhlas bahrusysyifa center
para al-hafidz berdoa dan mendoakan semua para penderma serta membacakan semua hajad dan doa para penderma yang masuk dalam email bahrusysyifa serta email saudara saifudin
 Ustadz laghoni sedang membagikan amplop shodaqoh untuk biaya tranportasi pulang para al-hafidz...shodaqo tersebut berasal dari para penderma yang dimuliakan ALLOH SWT
para al-hafidz peserta hataman ke 9 sedang berfoto bersama di masjid al-ikhlas bahrusysyifa center
Jama'ah pengajian majelis hataman al-qur'an ke 9 yang dilaksanakan di masjid baitul muttaqin dengan penceramah ustadz su'udi makrus dari paciran lamongan
Ustadz su'udi Mukram sedang in action memberikan tausiah kepada para jama'ah pengajian al-quran ke 9 bahrusysyifa.
para jama'ah pengajian al-quran ke 9 seirus mendengarkan ceramah ustadz Su'udi Mukram di masjid baitul-muttaqin
para remaja masjid putra sedang membagikan kue untuk para jama'ah pengajian al-qur'an bahrusysyifa di masjid baitul muttaqin
para remaja masjid putri sedang membagikan kue kepada para jama'ah putri pengajian al-qur'an ke 9 di masjid baitul muttaqin
meskipun diguyur hujan, para remaja masjid putri teteap semangat membantu bahrusysyifa dalam menyukseskan pengajian al-quran ke 9

KEBERKAHAN DARI LANGIT DAN BUMI

Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar


Pembaca Zanjabil rahimakumullah, mari kita lanjutkan membahas tafsir surat al-A’raaf ayat 94 sampai ayat 102 tentang beberapa sunatullah yang berlaku untuk suatu masyarakat. Mari kita simak tafsir ayat-ayat tersebut.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Kami tidaklah mengutus seseorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.[QS 7:94] Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.[QS 7:95]

Ayat 94 and 95 adalah sunnatullah yang berkaitan dengan sikap suatu ummat terhadap nabi yang diutus kepada mereka. Jika ummat tersebut mendustakan nabi mereka maka Allah SWT akan mendatangkan penderitaan baik rohani (kesempitan, kesedihan, kegelisahan) maupun jasmani (bencana alam, musim kering yang panjang dll). Penderitaan itu didatangkan agar ummat tersebut sadar bahwa mereka memerlukan Allah dan hanya kepadaNyalah mereka seharusnya menyembah. Sudah seyogyanya mereka mengikuti tuntunan nabi yang diutus kepada mereka untuk mendapatkan tuntunan ke jalan yang lurus. Penderitaan adalah cobaan sebagai upaya untuk menyadarkan dan kembali kepada Allah SWT.

Kelapangan dan kesenangan juga merupakan suatu cobaan agar manusia bersyukur kepadaNya atas segala karunia yang diberikanNya. Namun, jika cobaan penderitaan dan kesenangan tidak digubris bahkan mencari alasan yang lain untuk menghindariNya, maka tunggulah murka Allah SWT. Ketika murka itu datang, maka kesenangan yang selama ini dinikmati tiba-tiba lenyap dan berganti dengan siksaan yang menyakitkan, yang datang tanpa permisi. Ummat-ummat terdahulu, seperti kaum Ad, kaum Tsamud, penduduk Sodom dan Ashabul Aikah mendapatkan siksa yang datang sekonyong-konyong, menyapu bersih seluruh harta dan nyawa mereka tanpa ampun. Nauzubillah min dzalik!
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.[QS 7:96]

Ayat 96 mengungkapkan sunnatullah yang berkaitan dengan ayat sebelumnya dan ayat ini bersifat umum dan dapat berlaku dalam konteks kini. Untuk mendapatkan keberkahan (termasuk kemakmuran, kejayaan dan kesuksesan) ada dua syarat yang disebut ayat 96, yaitu iman dan takwa. Jika penduduk suatu negeri atau suatu masyarakat beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, maka keberkahan dari langit dan bumi akan datang berlimpah kepada negeri atau masyarakat itu. Berkah dari langit dapat berupa rizki dan ilham yang menuntun kepada ilmu yang bermanfaat dalam mengelola sumber daya yang ada di bumi untuk kemakmuran. Sedangkan berkah dari bumi adalah kesuburan atau kandungan isi bumi berbagai macam rupa (termasuk barang-barang tambang) yang bernilai.

Sebaliknya jika penduduk suatu negeri sebagian besar atau semuanya membangkang, mendustakan ayat-ayat Allah SWT, melecehkan atau bahkan menganiaya utusanNya, maka Allah SWT akan mendatangkan siksa yang setimpal. Perlu ditekankan disini bahwa Allah Maha Adil, siksa itu datang karena perbuatan yang melampaui batas dari pelakunya. Ummat-ummat yang dikisahkan pada ayat-ayat sebelumnya disiksa karena kedurhakaan, kedustaan dan kezaliman yang mereka lakukan telah melampaui batas.

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? [QS 7:97] Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?[QS 7:98] Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.[QS 7:99]

Ayat 97-99 berkaitan erat , menjelaskan 2 situasi kemungkinan datangnya siksa Allah, yakni pada saat lalai. Allah Maha berkuasa, Dia dapat menimpakan siksanya kepada suatu masyarakat (yang kafir, zalim dan berbuat melampaui batas) pada kondisi apapun. Allah dapat mendatangkan siksanya pada saat mereka sedang tidur nyenyak di waktu malam. Artinya seharusnya mereka berfikir bahwa pada malam hari, saat mereka tidur nyenyak, sesungguhnya mereka dalam kondisi yang tidak aman. Allah SWT juga dapat mendatangkan siksanya di pagi hari, pada saat waktu bermain-main, bersenda gurau, yakni pada saat lengah. Selanjutnya siksa Allah SWT itu dapat datang sekonyong-konyong, pada saat mereka tidak siap menghadapinya sehingga terjadi kepanikan dan ketakutan yang luarbiasa.

Ketiga ayat ini disampaikan dengan nada tanya yang mengajak berfikir bahwa manusia itu sesungguhnya tidak memiliki daya upaya dan sangat lemah. Ketergantungan manusia kepada Allah SWT bersifat mutlak, tetapi kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Kalaulah manusia itu berfikir dengan baik maka sesungguhnya tidak ada yang dapat aman dari azab Allah SWT. Manusia yang beriman menyadari sepenuhnya ketergantungan pada Allah SWT dan memohon perlindunganNya dan manusia yang lengah dan tidak berlindung pada Allah adalah manusia yang merugi. Ketiga ayat ini mengingatkan kita agar selalu mengingat Allah SWT dan meminta perlindunganNya. Tiada yang dapat selamat dari siksa Allah SWT kecuali mereka yang dilindungiNya.

Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?[QS 7:100] Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang kafir.[QS 7:101]

Ayat ini berkaitan dengan kisah-kisah kaum yang mendapatkan siksa Allah SWT yang diceritakan pada ayat-ayat sebelumnya. Beberapa dari kaum itu mempusakai negeri yang sebelumnya telah mendapatkan siksa Allah SWT, sehingga seluruh generasinya punah. Mereka yang mempusakai negeri yang penduduk sebelumnya telah dilenyapkan seharusnya menyadari bahwa kalau mereka bertindak sama dengan penduduk yang dilenyapkan itu, mereka akan mengalami hal yang sama, disiksa dan dimusnahkan.

Suatu negeri yang penduduknya mendapatkan siksa Allah SWT sesungguhnya telah melalui berbagai proses yang mengajak mereka kembali kepada Allah SWT. Seorang nabi diutus untuk membimbing mereka ke jalan yang benar. Namun, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, mereka mendustakan utusan Allah SWT dan bahkan berusaha untuk melenyapkan utusan Allah SWT itu. Akibat perbuatan mereka ini, hati mereka semakin tertutup dari hidayah sehingga hati mereka mati. Karena dosa mereka sudah terlampau besar dan kebekuan hati mereka membuat peluang penyelamatan tertutup, maka mereka disiksa dengan siksaan yang sangat berat yang menamatkan riwayat mereka pada waktu yang tidak mereka duga.

Dari kisah-kisah kehancuran ummat-ummat terdahulu itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah sesungguhnya Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia telah memberikan peluang yang sangat luas kepada hamba-hambaNya yang membangkang dan mendustakanNya melalui berbagai macam jalan, mulai dari kesempitan hidup, kesenangan hidup dan mendatangkan utusan dengan bukti nyata untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Tetapi hamba-hambaNya yang kufur tidak mampu memanfaatkan peluang itu, bahkan menjadi semakin kufur. Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah maka Allah menyiksa dan menamatkan riwayat mereka dan kemudian menggantikannya dengan generasi lain.

Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.[QS 7:102]

Orang yang menyimpang dari jalan yang benar, jalan ketaatan, jalan yang lurus adalah orang yang fasik. Orang kafir pasti fasik, tetapi orang yang mengaku beriman dapat juga masuk dalam kategori fasik jika dia dengan sengaja tidak melaksanakan perintah Allah dan melanggar laranganNya tanpa merasa bersalah. Orang-orang fasik ini telah melanggar janji untuk taat kepada Allah, yakni melanggar deklarasi yang dilakukannya sendiri di alam ruh dan melanggar fitrahnya sebagai hamba Allah. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" [QS 7:172]

Wallahu ‘alam bish shawab.
(Bersambung)

Friday, January 6, 2012

KISAH NABI SYUAIB AS

Nara Sumber: Abdurrahman Haqqi
Ditulis oleh: Mohammad Nabil Almunawar

 
Pembaca Zanjabil rahimakumullah, mari kita lanjutkan membahas tafsir surat al-A’raaf ayat 85 sampai ayat 93 tentang kisah Nabi Syuaib AS. Mari kita simak tafsir ayat-ayat tersebut.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". [QS 7:85] Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.[QS 7:86]

Nabi Syuaib AS termasuk 4 orang nabi yang berbangsa Arab (yaitu Nabi Hud AS, Nabi Saleh AS, Nabi Syuaib AS dan Nabi Muhammad SAW). Beliau adalah cicit Nabi Ibrahim AS, diutus Allah untuk meluruskan akidah dan memperbaiki ahlak kaumnya, yaitu penduduk Madyan. Ada empat misi utama Nabi Syuaib AS yang disebut ayat 85 dan 86, yaitu 1) mengajak kepada tauhid, 2) menganjurkan berbuat adil, 3) mengingatkan agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi, 4) mengingatkan agar tidak membuat teror dan menghalang-halangi jalan kebenaran.

Penduduk Madyan adalah penduduk yang telah tersesat jauh, mereka tidak lagi mengenal tauhid. Mereka menyembah berhala, bahkan ada yang menyembah pohon yang dikeramatkan (disebut Ashabul Aikah). Nabi Syuaib AS terkenal berasal dari keturunan yang mulia dan dihormati, beliau juga terkenal sebagai orator ulung dan memukau kalau berbicara (khotibul anbiya). Allah SWT mengutus beliau untuk meluruskan akidah penduduk Madyan yang telah jauh tersesat itu.

Disamping itu peduduk Madyan ini memiliki sifat-sifat buruk yang lain yang sangat menghawatirkan. Diantara sifat buruk yang sangat parah adalah kecurangan dalam segala hal. Masyarakat Madyan adalah masyarakat yang telah sakit parah yang mengutamakan kecurangan, ketidakadilan dalam berbagai hal, pencurian, perampokan dan kebejatan moral. Dengan sifat-sifat yang buruk ini mereka suka berbuat onar dan kerusakan. Letak geografis Madyan yang strategis (jalur perdagangan) mereka manfaatkan untuk merampok dan menakut-nakuti para kabilah dagang yang melewati wilayah mereka.

Secara eksplisit ayat 86 menyatakan bahwa kebiasaan penduduk Madyan yang suka menakut-nakuti dan mengganggu perjalanan (penyamun padang pasir). Pada saat yang sama mereka juga menjadi penghalang utama bagi orang-orang yang ingin kembali kepada jalan yang benar, yakni menghalang-halangi mereka yang ingin mengikuti dakwah Nabi Syuaib AS.

Dalam berdakwah Nabi Syuaib AS juga mengingatkan untuk bersyukur kepada Allah. Bahwa penduduk Madyan ini sebelumnya jumlahnya sedikit yang tentunya tidak memiliki kekuatan. Allah telah memberikan karuniaNya dengan pertambahan penduduk yang cepat sehingga jumlah mereka menjadi banyak dan kuat. Jarak wilayah Madyan tidaklah jauh dari kota Sodom yang dihancurkan Allah ataupun dengan wilayah kaum Nabi Saleh AS (kaum Tsamud) yang juga dihancurkan. Seharusnya mereka belajar dari pengalaman-pengalaman dan kehancuran kaum-kaum sebelumnya yang jaraknya berdekatan dengan mereka (baik ruang maupun waktu). Namun, manusia memang cepat lupa dan mudah menjadi pembangkang dan senang berada di wilayah kesesatan. Peringatan akan kehancuran dan ajakan kepada kebenaran tidak digubris atau bahkan ditentang keras. Akibatnya, penduduk Madyan mengikuti jejak pendahulunya yaitu kaum Tsamud dan penduduk Sodom, dihancurkan Allah SWT sampai ke akar-akarnya.

Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.[QS 7:87]

Ayat 87 adalah prinsip orang beriman hidup berdampingan dengan orang kafir yang selalu mengancam dan mengganggu orang beriman. Bagi orang beriman, khususnya kalau mereka lemah (minoritas dan tidak memiliki kekuatan baik politik ataupun ekonomi) maka sikap yang harus ditumbuhkan adalah sabar. Orang beriman harus lebih sabar menghadapi konflik dengan orang kafir yang lebih kuat dan mereka tidak boleh melawan. Sikap sabar dan tidak melawan ini juga diterapkan oleh Rasulullah SAW dan pengikut beliau selama 13 tahun dakwah di Mekkah.

Pemuka-pemuka dari kaum Syuaib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?"[QS 7:88] Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami daripadanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki (nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.[QS 7:89]

Sikap suatu kaum kepada rasul yang diutus kepada mereka sama. Kalau kita perhatikan mulai dari kisah Nabi Nuh AS sampai Nabi Lut AS (yang dimuat di Zanjabil 399 minggu lalu), sampai kepada Rasulullah SAW, para pemuka kaum yang selama ini bebas melakukan tindakan curang, pembodohan dan kemudian eksploitasi untuk melanggengkan kekuasaan mereka menentang keras para rasul dan ajarannya. Para pemuka kaum ini berusaha melenyapkan rasul dan ajarannya dengan berbagai cara.

Untuk kasus Nabi Syuaib AS, kaumnya berusaha mengusir beliau dari wilayah Madyan. Tentu saja Nabi Syuaib AS menolak makar para pemuka kaumnya untuk mengusir beliau dan pengikut-pengikut beliau. Karena Nabi Syuaib berasal dari keluarga terkemuka ditambah dengan aturan sosial yang melindungi Nabi Syuaib AS, maka makar pengusiran itu sukar untuk diimplementasikan. Ajakan kompromi para pemuka itu, yakni kembali kepada kesesatan tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Nabi Syuaib AS. Akhirnya, para pemuka itu melakukan tekanan, ancaman dan berbagai teror agar Nabi Syuaib AS dan pengikutnya tidak betah tinggal di Madyan, menyerah dan keluar wilayah Madyan. Tekanan-tekanan itu sangat berat, sehingga Nabi Syuaib AS mengadu kepada Allah agar mendatangkan suatu keputusan untuk penduduk Madyan, karena Nabi Syuaib AS sudah tidak kuat menghadapi teror dari kaumnya.

Pemuka-pemuka kaum Syuaib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syuaib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi".[QS 7:90]

Ayat 90 merekam pembicaraan pemuka kaum Nabi Syuaib AS. Para pemuka tersebut berusaha mengancam penduduk Madyan untuk tidak mengikuti langkah Nabi Syuaib AS, sebab kalau mereka mengikuti Nabi Syuaib AS mereka akan mengalami nasib yang sama dengan Nabi Syuaib AS dan pengikutnya, yaitu di teror dan akan segera dilenyapkan, menjadi golongan yang rugi. Yang terjadi justru sebaliknya para pemuka penduduk Madyan dan penghuni Madyan mengekor sikap pemuka mereka yang sesat akan lenyap dan pasti merugi.

Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka,[QS 7:91] (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syuaib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syuaib mereka itulah orang-orang yang merugi.[QS 7:92]

Akhirnya keputusan Allah itu datang. Nabi Syuaib AS diberitahu akan azab Allah. Beliau dan pengikutnya menyelamatkan diri. Gempa dahsyat melanda Madyan dan akibatnya seluruh pemuka dan penduduk Madyan yang sombong dan sesat itu tewas. Inilah kesudahan orang-orang yang sombong dan membangkang utusan Allah. Mereka membuat makar untuk mengusir atau bahkan melenyapkan Nabi Syuaib AS dan pengikut-pengikutnya, tetapi makar Allah sangat dahsyat, mereka dihabisi sebelum mereka sempat melaksanakan makar jahat mereka.

Maka Syuaib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanah Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?"[QS 7:93]

Setelah kaum Madyan lenyap ditelan azab, Nabi Syuaib AS berucap kepada kaumnya, mengingatkan mereka bahwa beliau telah menyampaikan amanat dan memberi nasehat, tetapi mereka dustakan. Nah, rasakanlah akibatnya. Ucapan Nabi Syuaib AS tersebut membuktikan bahwa para mayat sesungguhnya dapat mendengarkan perkataan orang yang masih hidup.

Wallahu ‘alam bish shawab.
(Bersambung)